Ziarah Tahunan Ceng Beng atau Qing Ming

Spread the love

Ziarah Tahunan Ceng Beng atau Qing Ming

Qing Ming atau Ceng Beng (清明) adalah suatu hari ziarah tahunan bagi etnis Tionghoa. Warga Tionghoa biasanya akan datang ke makam kuburan orang tua atau leluhur untuk membersihkannya dan sekalian bersembahyang atau pai di makam tersebut sambil membawa buah-buahan, kue-kue, makanan, serta karangan bunga.

Lalu kenapa disetiap kubur, diatasnya disebarkan atau diletakkan kertas perak atau kuning setiap kali selesai dibersihkan?

Konon menurut cerita rakyat, asal mula ziarah kubur atau Qing Ming ini berawal dari zaman kekaisaran Zhu Yuan Zhang (朱元璋), pendiri Dinasti Ming.

Zhu Yuanzhang awalnya berasal dari sebuah keluarga yang sangat miskin. Karena itu dalam membesarkan dan mendidik Zhu Yuanzhang, orangtuanya meminta bantuan kepada sebuah kuil. Ketika dewasa, Zhu Yuanzhang memutuskan untuk bergabung dengan pemberontakan Sorban Merah, sebuah kelompok pemberontakan anti Dinasti Yuan (Mongol). Berkat kecakapannya, dalam waktu singkat ia telah mendapat posisi penting dalam kelompok tersebut, untuk kemudian menaklukkan Dinasti Yuan. Sampai akhirnya Beliau menjadi seorang Kaisar. Setelah menjadi Kaisar, Zhu Yuanzhang kembali ke desa untuk menjumpai orangtuanya. Sesampainya di desa ternyata orangtuanya telah meninggal dunia dan tidak diketahui keberadaan makamnya.

Kemudian untuk mengetahui keberadaan makam orangtua nya, sebagai seorang Kaisar, Zhu Yuan Zhang memberi titah kepada seluruh rakyatnya untuk melakukan ziarah dan membersihkan makam leluhur mereka masing-masing pada hari yang telah ditentukan. Selain itu, diperintahkan juga untuk menaruh kertas kuning di atas masing-masing makam, sebagai tanda makam telah dibersihkan.

Setelah semua rakyat selesai berizarah, Kaisar memeriksa makam-makam yang ada di desa dan menemukan makam-makam yang belum dibesihkan serta tidak diberi tanda. Kemudian Kaisar menziarahi makam-makam tersebut dengan berasumsi bahawa di antara makam-makam tersebut pastilah merupakan makam orangtua, sanak keluarga, dan leluhurnya.

Hal ini kemudian dijadikan tradisi untuk setiap tahunnya.

Tujuan dari perayaan Qing Ming ini sendiri adalah agar supaya semua kerabat dekat, saudara, anak-anak, bisa berkumpul bersama, agar hubungan semakin erat terjalin. Meski sudah berbeda agama atau kepercayaan, bukan berarti sudah tidak perlu datang untuk sekedar sungkem atau sekedar tengok ke makam orang tua. Itu salah besar!

Ziarah ke kuburan orang tua tidak ada hubungannya dengan memuja setan. Semua bisa menyesuaikan sesuai dengan keyakinan masing-masing. Ada yang berpendapat bahwa jika sudah masuk agama tertentu, sudah tidak perlu pai atau sembahyang ataupun sekedar untuk datang ke kubur orang tua, karena akan dianggap berhala, dsb. Mestinya harus diingat juga, bahwa tanpa orang tua, kita-kita ini yang masih hidup tidak mungkin bisa ada di dunia. Jadi, jangan lupakan orang tua kita. Luangkanlah waktu karena Qing Ming hanya setahun sekali.

Ada yang berpendapat juga jika pegang hio atau dupa tidak diperbolehkan bagi yang menganut agama tertentu. Hal ini tidak jadi masalah, bisa sungkem saja. Tetapi menurut saya, jika masih menganggap diri sebagai orang Tionghoa, tentunya tidak masalah hanya untuk sekedar pegang hio. Janganlah terlalu fanatik. Bukankah di dunia ini tidak ada agama yang mengajarkan umatnya untuk tidak menghormati orang tua masing-masing?

Jadilah generasi yang masih ingat berbakti kepada orang tua dan nenek moyang.


Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

16 + three =