Tradisi ini mengacu kepada kisah legendaris tentang Kaisar Li Shi Min (李世民) dari Dinasti Tang yang pernah mengalami mati suri, roh nya ditarik ke neraka.
Sampai di pintu neraka di jemput oleh Malaikat Juikak (berkepala kuda) yang berteman dekat dengan perdana menteri kaisar yang bernama Gui Tin. Malaikat Juikak berpikir, “Mengapa Kaisar ini sudah harus ke neraka padahal baru 13 tahun memimpin Negara ?”
Saat bertemu dengan Malaikat Juikak, Kaisar Li Shi Min memberikan sepucuk surat yang ada di tangan nya sambil berkata, “Ini ada titipan surat dari perdana menteri saya.” Perdana Menteri Gui Tin sebenarnya memang titisan dewa yang sengaja diturunkan ke dunia untuk mendampingi Kaisar Li Shi Min. Perdana Menteri Gui Tin inilah yang diam-diam menyelipkan secarik kertas kuning (semacam Surat Jalan / Ce Bun) ke kepala Kaisar Li Shi Min ketika Kaisar dinyatakan meninggal sambil membisikkan kalimat ke telinga kaisar, “Baginda nanti setibanya di pintu neraka saat bertemu dengan Malaikat Juikak (berkepala kuda) tolong berikan titipan surat saya ini kepadanya.”
Surat itu berbunyi, “Temanku Juikak, tolong bantu Kaisarku ini, kalau memungkinkan tolong upayakan agar beliau bisa dikembalikan ke dunia karena tugasnya di dunia masih banyak dan tenaganya masih sangat dibutuhkan di dunia ini, demi kepentingan rakyat banyak di Negeri Tang. Salam hormat dari temanmu, Gui Tin.” Begitulah kurang lebih bunyi surat tersebut. Setelah membaca surat tersebut, Malaikat Juikak memutuskan untuk memeriksa buku catatan mengenai orang yang harus meninggal.
Diperiksanyalah buku besar itu dan ternyata di buku tersebut tertulis bahwa Kaisar Li Shi Min memang harus meninggal setelah 13 tahun berkuasa menjadi kaisar. Dalam tulisan mandarin, angka satu di tulis dengan satu geret (strip garis), angka dua dengan dua garis strip dan angka tiga dengan tiga garis strip. Oleh Malaikat Juikak, catatan tersebut ditambahkan dua garis strip sehingga jika dibaca sepintas bunyi nya jadi Kaisar Li Shi Min akan meninggal setelah 33 tahun memerintah.
Setelah mengganti catatan itu, Malaikat Juikak pun berbisik kepada Kaisar Li Shi Min, “Nanti ketika Baginda menghadap persidangan Raja Neraka Giam Lo Ong / Yen Lo Wang, baginda hendaklah bertanya kepadanya, mengapa saya ditarik sekarang, saya merasa belum waktunya untuk ditarik sekarang. Supaya nanti diperiksa lagi oleh Giam Lo Ong.” Demikian bisik Malaikat Juikak kepada Kaisar.
Tibalah saat Kaisar Li Shi Min dihadapkan kepada Giam Lo Ong / Yen Lo Wang untuk disidangkan. Kaisar Li Shi Min lalu berkata, “Yang Mulia Penguasa Negeri Im Kan (Neraka), saya merasa keberatan harus ditarik roh saya pada saat ini, tenaga saya masih dibutuhkan di dunia.”
Giam Lo Ong / Yen Lo Wang mengatakan, “Semua sudah ada suratan nya jika memang waktunya sampai, pasti semua akan ditarik kesini dulu untuk disidangkan, guna ditetapkan ke alam mana harus ditempatkan.”
“Tapi saya rasa, saya belum waktunya untuk ditarik kesini, jadi tolong di cek lagi.”, pinta Kaisar Li Shi Min.
Akhirnya Giam Lo Ong / Yen Lo Wang pun urung menyidangkan Kaisar Li Shi Min, ditugaskannya kurir untuk mengambil Buku Besar Catatan Kematian. Dan begitu dibuka, terkejutlah Giam Lo Ong / Yen Lo Wang, karena di buku besar tersebut ternyata tertulis bahwa Kaisar Li Shi Min baru akan meninggal setelah ia berkuasa menjadi kaisar selama 33 tahun. Saat ini dia baru 13 tahun memimpin, jadi belum waktu nya untuk disidangkan di alam Im Kan (Neraka).
Maka dibuatlah titah kepada Malaikat Juikak untuk segera mengembalikannya ke dunia, “Rupanya malaikat pencabut nyawa salah cabut roh, kamu harus kembalikan orang ini ke dunia karena dia masih punya waktu untuk hidup 20 tahun lagi,” Demikian perintah Giam Lo Ong / Yen Lo Wang kepada Juikak. Kaisar Li Shi Min pun berterima kasih kepada Giam Lo Ong dan sebagai ungkapan rasa terima kasih nya, Kaisar Li Shi Min pun berkata, “Dapatkah saya mengirimkan sesuatu dari dunia saya untuk dikirim ke Negeri Im Kan ini sebagai ungkapan terima kasih saya?”
Lalu Giam Lo Ong berkata, “Bila memang ingin memberikan sesuatu, terus terang kami disini membutuhkan buah yang besar dan isinya banyak air serta buahnya empuk (kurang lebih begitu).” Konon yang diminta adalah Mu Kua (Labu Parang), bukan Si Kua (Semangka), namun karena setelah hidup kembali Li Shi Min lupa dan yang dia ingat justru adalah Si Kua (Semangka).
Dalam perjalanan balik ke dunia, Roh Kaisar Li Shi Min sempat melihat suasana kehidupan roh gentayangan yang penuh azab derita, termasuk roh kakak kandung nya yang tewas karena memberontak kepadanya. Hati Li Shi Min memang mulia, ia pun terketuk dan tergerak untuk sedapat mungkin menolong para roh gentayangan yang menderita itu. Ketika Kaisar Li Shi Min hidup kembali di dunia setelah mati suri selama lebih dari 23 jam maka dia pun merasa berhutang budi kepada Malaikat Juikak dan Giam Lo Ong / Yen Lo Wang.
Kaisar Li Shi Min bertekad untuk mengirimkan Si Kua (Semangka) kepada Giam Lo Ong / Yen Lo Wang. Masalah pun timbul, bagaimana mengirimkannya? Penasehat raja memberikan usul untuk titip saja kepada siapa yang ingin pergi ke neraka. Lalu siapa yang mau pergi ke neraka? Untuk ke neraka kan berarti orang harus mati dahulu, siapa yang mau?
Diadakanlah sayembara, barang siapa yang bersedia mati demi Kaisar untuk kirim semangka ke neraka maka seluruh keluarga yang ditinggalkannya akan dijamin secara mewah semua keperluan kehidupannya oleh Negara. Akhirnya saat itu ada satu orang nyonya muda yang siap bunuh diri karena sedang terhimpit permasalahan dalam hidupnya. Setelah nyonya itu meninggal karena minum racun dibisikkanlah pesan untuk mengingatkan bahwa ia harus membawa titipan Si Kua (Semangka) tersebut untuk Giam Lo Ong. Semangka itu pun dilekatkan di tangan jenasah namun akhirnya terjatuh dan pecah. Itulah yang akhir nya menjadi Legenda Banting Semangka.
Maka setiap ada orang meninggal, saat jenasahnya akan diberangkatkan maka dilakukanlah upacara banting semangka. Cerita tersebut di atas memang hanya sebuah legenda. Tetapi dalam sejarah memang tercatat bahwa Kaisar Li Shi Min dari zaman Dinasti Tang tersebut memang pernah mengalami mati suri selama lebih dari 23 jam.
Dari kisah perjalanan Li Shi Min ke neraka inilah yang akhirnya juga banyak melahirkan atau memunculkan legenda-legenda lainnya, seperti kisah bakar uang kertas atau Kertas Perak (Gin Coa) atau Kertas Emas (Kim Coa), rumah-rumahan, kisah roh gentayangan apabila orang itu mati secara tidak wajar atau mati dalam penasaran, kisah-kisah tentang mereka yang mati suri, kehidupan di alam dewa, khayangan atau neraka, kebiasaan orang mati disisipkan kertas kuning digenggaman tangannya (sekarang lebih sering pakai uang logam).