Pada mulanya, Liu Pin adalah seorang pejabat ibukota. Tetapi kemudian ia dipindahkan menjadi seorang kepala daerah di sebuah pedalaman Tiongkok sebelah barat daya, yang mana pada masa Dinasti Tang pemindahan tugas ke pedalaman adalah sebuah bentuk pembuangan yang sudah umum.

Didekat tempat kerja Liu Pin yang baru, terdapat seorang siswa muda yang berasal dari keluarga polisi.

Karya-karya sastra dari pemuda itu tidaklah bagus, sehingga tidak ada yang menghargai.

Demi mengetahui adanya seorang kepala daerah yang baru, pemuda itu datang mengunjungi Liu Pin untuk meminta pendapat mengenai karyanya.

Setelah membawa karya sastra sang pemuda, Liu Pin mengungkapkan kegembiraannya dan pujian meluncur dari mulutnya. Liu Pin juga mengatakan agar pemuda itu harus terus berkarya dan jangan sungkan-sungkan untuk datang lagi jika ia memiliki karya yang baru.

Pemuda itu pulang dengan perasaan sangat gembira dan berjanji untuk terus berkarya.

Setelah pemuda itu pergi, pembantu Liu Pin bertanya kenapa karya jelek itu diberikan pujian dan bahkan diharapkan agar terus berkarya.

Liu Pin berkata bahwa tempat dimana mereka berada saat ini adalah sebuah daerah pedalaman yang terbelakang. Banyak anak-anak muda yang melakukan perbuatan melanggar hukum. Anak muda yang baru datang tadi bukan berasal dari keluarga sarjana, namun memiliki kemauan untuk maju dan juga rajin belajar.

Jika saya tidak menghargai hasil jerih payahnya, maka cita-cita yang dipegangnya akan memudar dan hilang, hingga dapat membawa pemuda itu ke jalan yang tidak baik.

Setelah saya memberikan pujian, maka yang lain akan memandangnya. Hal itu tentunya akan memberikan dorongan kuat bagi pemuda tersebut untuk semakin rajin belajar dan berusaha lebih keras lagi.

Bila pemuda-pemuda lain mengikuti jejaknya, maka kemajuan daerah ini bisa ikut terangkat.

Janganlah sungkan untuk memberi dorongan kepada orang-orang yang sedang mengejar cita-cita yang benar. Pujian hangat yang tidak berlebihan akan banyak membantu.