Perayaan Pertengahan Musim Gugur jatuh pada tanggal 15 bulan 8 Imlek dan banyak cerita yang mendasarinya. Dipercayai bahwa asal muasal Perayaan Musim Gugur lebih dari 2.000 tahun yang lalu. Karena pada saat itu Tiongkok merupakan negara pertanian, maka perayaan ini bertepatan dengan panen musim gugur.
Ada pula sebuah legenda yang dipercaya masyarakat Tiongkok sebagai awal dari perayaan ini, yaitu legenda mengenai Chang-E.
Pada perayaan itu secara umum langit sangat cerah dan cuaca nyaman, sehingga semakin menambah semarak rakyat yang merayakan.
Selama masa Dinasti Song, karena pengaruh orang-orang terpelajar, berdoa terhadap bulan menjadi sebuah kebiasaan. Memakan Kue Bulan menjadi hal yang tidak terpisahkan sejak akhir masa Dinasti Yuan, demikian pula dengan memandang bulan hingga tengah malam.
Perayaan ini memberikan arti tersendiri dan tidak terpisahkan.
Hal ini sebenarnya bukan hanya terkait dengan tradisi bangsa Tionghoa namun merupakan salah satu hari besar dari Agama Khonghucu. Di negara Tiongkok, hal yang menjadi tradisi ini sebenarnya karena mayoritas penduduk disana adalah penganut ajaran Confucius, pada saat terjadi migrasi besar-besaran dari penduduk Tiongkok ke Asia Tenggara, seluruh tradisi ajaran mereka terbawa kemanapun mereka pergi. Khusus di Indonesia, karena peraturan pemerintah yang kuatir dengan perkembangan bangsa Tionghoa pada waktu Orde Baru, maka ajaran tersebut ditekan, dengan harapan terlupakan/hilang atau terjadi asimilasi dengan yang ada. Namun seiring dengan perkembangan demokrasi di Indonesia, ajaran tersebut diperbolehkan kembali untuk dikembangkan setelah 3 dasawarsa di tekan, dengan diakuinya ajaran Confucius itu sebagai agama Khonghucu. Namun sayang setelah hampir 8 tahun dibuka, masih banyak sekali suku Tionghoa di Indonesia yang masih tidak mengenal perubahan ini dan bahkan hampir tidak mengenal tradisi suku bangsanya sendiri. Ironisnya mereka yang hampir tidak mengenal tradisi nya tersebut masih dianggap bukan bangsa Indonesia.