Kisah Sumpah Setia di Kebun Buah Persik
Guan Yu dalam pengembaraannya berjumpa dengan Liu Bei dan Zhang Fei di sebuah kedai arak. Dalam pembicaraan, mereka ternyata cocok dan satu hati, sehingga memutuskan mengangkat saudara. Upacara pengangkatan saudara ini dilaksanakan di rumah Zhang Fei dalam sebuah kebun buah Tao atau kebun persik. Liu Bei menjadi saudara tertua, Guan Yu yang kedua dan Zhang Fei yang ketiga.
Bersama-sama mereka bersumpah sehidup semati dan berjuang untuk membela negara. Peristiwa ini terkenal dengan nama “Tao Yuan Jie Yi” atau “Sumpah Persaudaraan Di Kebun Persik”, yang sangat dikagumi oleh orang dari zaman ke zaman dan dianggap sebagai lambang persaudaraan sejati. Lukisan tiga bersaudara yang sedang melaksanakan upacara sumpah angkat saudara ini banyak menjadi objek lukisan, pahatan, dan patung keramik yang sangat disukai orang hingga sekarang ini.
Kisah Guan Yu Terluka Oleh Panah Beracun
Pada saat Guan Yu berperang melawan pasukan Negara Wei, Guan Yu terluka oleh panah beracun. Tabib Hua Tuo melakukan bedah lengan Guan Yu tanpa anastesi dan menyembuhkan luka beracun tersebut dengan cara mengikis tulang. Hua Tuo menggunakan pisau untuk mengikis racun yang sudah merasuk ke tulang, hingga mengeluarkan bunyi. Tanpa dibius, Guan Yu tetap santai makan dan minum sambil bermain catur dengan muka senyum, sama sekali tidak tersirat wajah menahan sakit. Tabib sakti Hua Tuo memuji Beliau dengan berkata “Jenderal benar-benar seorang Dewa yang datang dari langit.”
Guan Yu Gugur
Kekalahan Guan Yu dimulai dari situasi yang tidak menguntungkan di pihaknya. Cao Cao mulai mengajak Sun Quan untuk beraliansi secara diam-diam. Sun Quan yang sejak lama menginginkan kota Jingzhou (yang dikuasai Guan Yu pada waktu itu) agar kembali kedalam wilayah kekuasaannya, setuju dengan Cao Cao dan mengerakan pasukan merebut Jingzhou. Guan Yu akhirnya berhasil dijebak dan ditawan, kemudian dihukum mati karena menolak untuk memihak pada Sun Quan. Karena takut akan pembalasan Liu Bei, kepala Guan Yu dikirimkan ke tempat Cao Cao.
Pada waktu itu, Guan Yu ditangkap bersama Guan Ping, anak tertuanya, dibawa ke tengah perkemahan Sun Quan. Guan Yu hanya tertawa saja ketika dibawa untuk dihukum mati. Algojo yang akan memanggalnya menjadi ketakutan ketika menatap Guan Yu dan dia tidak berani untuk melaksanakan eksekusi itu, tidak ada prajurit biasa yang berani. Akhirnya Jenderal Pan Zhang dengan menggunakan Golok Naga Hijau memenggal kepala Guan Yu.
Cao Cao yang sejak lama kagum kepada Guan Yu memakamkan kepalanya setelah disambung dengan tubuh dari kayu cendana secara agung. Kuburan Guan Yu terletak di propinsi Henan kira-kira 7 km sebelah utara kota Louyang. Pemandangan di situ sangat indah, sedangkan bangunan kuburannya sangat megah seakan-akan sebuah bukit kecil dari kejauhan. Sekeliling bangunan itu ditanami pohon Bai (Cypress) yang selalu hijau, melambangkan semangat Guan Yu yang tidak pernah padam dan abadi dari jaman ke jaman. Pohon-pohon itu kini sudah menghutan dan ratusan tahun umurnya, sebab itu tempat tersebut dinamakan Guan Lin. Batu nisannya adalah hadiah dari kaisar Dinasti Qing, dimana makam itu telah dipugar kembali.
Berdekatan dengan Guan Lin, terdapat sebuat kelenteng peringatan untuk mengenang Guan Yu, yang dibangun pada jaman Dinasti Ming. Kelenteng itu merupakan hasil seni bangunan dan seni ukir yang bermutu tinggi, sehingga merupakan objek wisata yang selalu dikunjungi para wisatawan dari dalam negeri dan luar negeri. Kelenteng peringatan Guan Yu terdapat di Jiezhou, propinsi Shanxi. Jiezhou, yang pada jaman San Guo disebut Hedong, adalah kampung halaman Guan Yu. Kelenteng itu memiliki keindahan bangunan dan arsitektur yang sangat mengagumkan dan merupakan salah satu objek wisata terkemuka di Shanxi.