Wu Zetian (武则天)

Spread the love

Wu Zetian (武则天)

Lahir pada A.D. 624 dari keluarga pejabat pemerintah pada masa pemerintahan Kaisar Gaozu. Ayahnya, Wu Shihuo, dahulu adalah seorang petani, beralih menjadi pedagang kayu, dan kemudian menjadi pejabat.

Tahun A.D. 637, pada masa pemerintahan Kaisar Li Shimin, Nona Wu yang cantik diundang ke istana raja, dan menjadi seorang selir dengan gelar Cairen (orang berbakat), sebuah gelar selir tingkat ke lima.

Wu Zetian (Simplified: 武则天, Traditional: 武則天, Pinyin: Wǔ Zétiān) menjadi seorang biarawati saat kematian Kaisar Li Shimin, A.D. 649.

Tiga tahun kemudian, Kaisar Li Zhi, putra Kaisar Li Shimin, memanggil Wu Zetian kembali ke istana sebagai seorang selir bagi dirinya.

Demi mendapatkan dukungan dari kalangan istana, baik dayang istana maupun para pejabat pemerintahan, Wu Zetian banyak memberi hadiah kepada mereka.

Tahun A.D. 653 Wu si Cantik melahirkan seorang putra, Li Hong. Dan membuat dirinya diangkat menjadi selir tingkat ke dua, Zhaoyi.

Demi mencapai kedudukan yang lebih tinggi, Wu Zetian menyingkirkan semua penghalang yang ada.

Nyonya Xiao Shu, seorang selir kesayangan kaisar, menjadi korban ambisi Wu Zetian.

Tahun A.D. 655 Wu Zetian melahirkan seorang anak perempuan, dan demi tujuan untuk menyingkirkan Permaisuri Wang, Wu tega membunuh putrinya sendiri. Sayang rencana itu tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan.

Tetapi Wu Zetian terus berusaha hingga akhirnya ia menjadi Permaisuri.

Setelah menjadi Permaisuri, Wu mulai menancapkan kukunya lebih kuat pada diri Kaisar Li Zhi.

Banyak korban berjatuhan demi tercapainya ambisi Wu Zetian untuk menguasai seluruh negeri.

Tahun A.D. 683 Kaisar Li Zhi dari Dinasti Tang meninggal dunia. Li Xian, putra ketiga Permaisuri Wu naik takhta.

Tahun A.D. 684, Permaisuri Wu mengangkat putra bungsunya, Li Dan, menjadi kaisar. Ia dikenal sebagai Kaisar Ruizong dari Tang.

Pada tahun A.D. 684 terjadi usaha pemberontakan bersenjata yang dilakukan oleh Xu Jingye, Tang Zhiqi, Wei Siwen, dan Luo Binwang untuk menggulingkan Wu Zetian.

Pemberontakan itu berhasil ditumpas oleh tentara yang dipimpin oleh Jenderal Li Xiaoyi, Zuo Yingyang, Hei Chichan, dan Zuo Baotao.

Untuk semakin memperkokoh kedudukannya, Wu Zetian membuat seolah-olah ada perintah dari Langit bahwa seorang pemimpin wanita akan muncul di bumi dan membawa kemakmuran bagi kerajaan.

Pemberontakan kembali terjadi, kali ini dilakukan oleh Li Yuanjia (Pangeran Han), Li Yuangui (Pangeran Huo), dan Li Lingui (Pangeran Lu).

Jenderal Qiu Shengji, Qu Chongyu, Cen Changqing, dan Zhang Guanfu menumpas habis para pemberontak.

Untuk menumpas habis pemberontakan hingga ke akarnya, Wu Zetian membuat pengumuman resmi bahwa siapa saja yang dapat memberikan informasi tentang para pemberontak akan mendapat hadiah besar dan akan menjadi pejabat.

Setelah situasi politik stabil dan tidak ada kekhawatiran akan adanya pemberontakan, Wu mulai membersihkan pemerintahannya dari para pejabat korup.

Wu Zetian Pada tahun A.D. 690, Wu Zetian menurunkan Li Dan, Kaisar Ruizong, dari takhta dan secara resmi menduduki takhta dan memberi gelar bagi dirinya sendiri “Kaisar Wanita yang Hebat dan Bijaksana”.

Wu Zetian banyak membawa kemakmuran dan kedamaian bagi rakyat selama masa pemerintahannya.

Program pertanian diadakan sehingga rakyat dapat menikmati hasil panen yang melimpah.

Sistem ujian kerajaan diberlakukan untuk mencari orang-orang berbakat.

Kebijaksaan dengan negara-negara perbatasan yang merupakan kombinasi dari kekuasaan, konsiliasi, dan ketentraman dijalankan, sehingga situasi di sekitar perbatasan menjadi lebih stabil dan aman daripada selama masa pemerintahan Kaisar Li Zhi.

Para dayang istana diperintahkan untuk belajar membaca dan menulis.

Pada tahun A.D. 698, sehari setelah pembicaraan antara Ji Xu, seorang pegawai tinggi, dan Zhang bersaudara, Kaisar Wu Zetian mengirim Xu Boyan untuk memanggil Li Xian, Pangeran Luling, ke ibukota. Ia menjadi putra mahkota pada tahun itu juga.

Tahun A.D. 705 Wu Zetian sakit parah. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pemberontak untuk memaksa Wu Zetian menyerahkan takhta kepada Li Xian.

Tidak beberapa lama kemudian, Wu Zetian diasingkan ke Istana Shangyang, dan ia wafat dalam usianya yang ke 82.

Monumen batu kosong berdiri tegak di depan makam Wu Zetian, dan masih utuh sampai saat ini. Tonggak batu tanpa kata-kata ini memberi ruang kosong untuk pemikiran yang mendalam: apakah menulis kebaikan atau keburukannya?


Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

one × one =