Li Si (Hanzi: 李斯, Pinyin: Lǐ Sī) adalah penduduk asli dari Negara Chu (楚国), negarawan, penulis dan kaligrafer. Li Si memberikan kontribusi besar terhadap kemenangan Negara Qin (秦国) yang kemudian menyatukan seluruh Dataran Tengah sebagai Dinasti Qin (秦朝).
Setelah berdirinya Dinasti Qin, Li Si menganjurkan sistem prefektur dan kabupaten, dan berpartisipasi dalam perumusan hukum Dinasti Qin dengan menyatukan sistem trek kendaraan, karakter, berat, dan ukuran. Li Si juga menulis tujuh bab Cangjie Pian (Simplified: 仓颉篇, Traditional: 倉頡篇, Pinyin: Cāngjié Piān) sebagai buku teks untuk diikuti orang lain.
Dengan prestasi yang begitu besar, seharusnya Li Si akan hidup mulia, namun keegoisan dirinya menyebabkan Li Si memiliki akhir hidup yang tragis. Li Si dijebak oleh kasim Zhao Gao (Simplified: 赵高, Traditional: 趙高, Pinyin: Zhào Gāo), sehingga dihukum penggal dan tiga generasi keluarganya ikut dihukum.
Li Si terlahir dalam kemiskinan, sehingga Li Si menjadi sangat menghargai kekuasaan dan kekayaan, serta memiliki rasa takut yang kuat atas kehilangan.
Pada tahun 210, Kaisar Qin Shi Huang (Hanzi: 秦始皇, Pinyin: Qín Shǐ Huáng) wafat di Shaqiu (Hanzi: 沙丘平台, Pinyin: Shāqiū Píngtái). Kaisar Qin Shi Huang ingin agar putra sulungnya yang bernama Ying Fusu (Simplified: 嬴扶苏, Traditional: 嬴扶蘇, Pinyin: Yíng Fúsū) menggantikan dirinya. Tetapi kasim Zhao Gao bersekongkol dengan Li Si dan Yíng Húhài (Simplified: 嬴胡亥, Traditional: 嬴胡亥, Pinyin: Yíng Húhài), putra bungsu Kaisar Qin Shi Huang.
Zhao Gao memiliki dendam lama terhadap Meng Yi (Hanzi: 蒙毅, Pinyin: Méng Yì). Dan Li Si takut kedudukannya digantikan oleh Meng Tian (Hanzi: 蒙恬, Pinyin: Méng Tián). Meng Yi dan Meng Tian adalah dua jenderal kakak beradik yang banyak berjasa bagi Kaisar Qin Shi Huang, dan Meng Tian adalah sahabat karib Ying Fusu. Sedangkan Ying Huhai memiliki ambisi untuk menjadi kaisar berikutnya.
Saat Li Si bertemu dengan Kaisar Qin Shi Huang, bakat dan kepandaiannya dapat ditampilkan sepenuhnya. Li Si berpikir bahwa meskipun Ying Huhai tidak secerdas Kaisar Qin Shi Huang, tetapi Li Si berpikir untuk membantunya naik ke puncak, serta memberikan kontribusi pada Dinasti Qin dan bakatnya sendiri, sehingga seharusnya dirinya masih bisa duduk dengan kokoh di posisi perdana menteri. Memiliki kekuatan, kemuliaan dan kekayaan.
Zhao Gao, Li Si dan Ying Huhai memalsukan surat wasiat dan memerintahkan Putra Mahkota Ying Fusu untuk bunuh diri dan menunjuk Ying Huhai sebagai penerus takhta.
Peristiwa ini dalam sejarah dikenal dengan sebutan “Konspirasi di Shaqiu”.
Beberapa orang kepercayaan Ying Fusu, termasuk Meng Tian, meragukan kebenaran keputusan tersebut, tetapi Ying Fusu juga tidak percaya seseorang akan berani memalsukan keputusan tersebut, sehingga akhirnya Ying Fusu bunuh diri.
Menyimpan kebencian untuk seluruh keluarga Meng karena sebelumnya pernah dihukum oleh Meng Yi, Zhao Gao menghancurkan kakak beradik Meng dengan meyakinkan Ying Huhai untuk mengeluarkan dekrit yang memaksa Meng Tian untuk bunuh diri dan mengeksekusi Meng Yi.
Ying Huhai kemudian naik takhta sebagai Kaisar Qin Er Shi (Hanzi: 秦二世, Pinyin: Qín Er Shì), seorang penguasa yang sungguh tidak cakap dan kejam. Tanpa diduga, Kaisar Qin Er Shi memiliki masalah dengan kecerdasan, dan memiliki cita-cita pribadi bahwa hidup adalah untuk makan, minum, dan bersenang-senang. Kaisar Qin Er Shi percaya bahwa penguasa yang bijaksana harus mengambil segala sesuatu di dunia untuk memuaskan diri sendiri, dan mengatur pemerintahan harus menjadi urusan bawahan.
Secara bertahap, Zhao Gao menempatkan pengikut-pengikutnya pada posisi resmi dan membuat Kaisar Qin Er Shi semakin tergantung kepada dirinya. Ketika basis kekuatannya cukup aman, Zhao Gao kemudian menjebak Li Si, sehingga Li Si dibunuh pada tahun 208 SM dengan cara yang mengerikan, dipotong setengah di depan umum. Demikian pula tiga generasi keluarga Li Si ikut mendapat hukuman.