Selama masa Dinasti Utara dan Selatan, hiduplah seorang pelukis terkenal bernama Zhang Seng-Zuong. Karyanya mendapatkan penghargaan tinggi dari Kaisar Liang Wu.
Pada suatu saat, Zhang Seng-Zuong diminta untuk melukis pada tembok Kuil Andong. Dia hampir menyelesaikan lukisan empat naga yang sedang terbang di awan. Semua orang sangat kagum atas lukisan di dinding itu. “Namun”, kata seseorang, “kenapa kamu tidak melukis biji mata pada mata mereka?”
“Mereka akan terbang jika saya melukis biji mata tersebut”, jawab Zhang Seng-Zuong. Namun tidak seorangpun mempercayainya. Mereka menganggap itu hanya gurauan, sehingga mereka memaksa Zhang Seng-Zuong melukis biji mata.
Karena didesak akhirnya Zhang Seng-Zuong mengambil kuas untuk memulai melukis biji mata. Setelah beberapa saat bimbang, akhirnya Zhang Seng-Zuong selesai memberi titik pada mata dua buah naga. Dua buah naga itu tiba-tiba mengeluarkan petir dan guntur sebelum Zhang Seng-Zuong dapat menaruh kuasnya. Kerumunan orang langsung bubar, beberapa dari mereka terjatuh karena terkejut, dan sebagian bersembunyi dibalik tiang-tiang yang ada.
Suara ledakan keras terdengar dan beberapa bagian tembok hancur berkeping-keping. Dua naga itu meliuk-liuk sebentar dan akhirnya terbang ke angkasa. Untungnya, dua naga yang tanpa biji mata masih terdapat di tembok dengan anggunnya.
Akhir kata, sebuah kesimpulan dapat ditarik, yaitu seseorang dapat berbicara atau berpidato lebih hidup dengan hanya menekankan beberapa hal.
wow.. hebat.. ini cerita beneran ya?? 🙂 penasaran.. terimakasih banyak atas infonya sehingga menambah pengetahuan saya tentang tionghoa, dan smoga bisa meneruskannya ke anak cucu.. 🙂
cerita yang sangat menyentuh,semoga bermanfaat bagi para pembaca