Kaisar Qin Shi Huang (Hanzi: 秦始皇, Pinyin: Qín Shǐ Huáng) adalah kaisar pertama dari Dinasti Qin dan juga kaisar pertama yang berhasil menyatukan Dataran Tengah, Tiongkok.
Kaisar Qín Shǐ Huáng memiliki nama pribadi Ying Zheng (Simplified: 嬴政, Traditional: 嬴政, Pinyin: Yíng Zhèng), dan terlahir di Negara Zhao (Simplified: 赵国, Traditional: 趙國, Pinyin: Zhào Guó), sehingga terkadang dikenal sebagai Zhao Zheng (Simplified: 趙政, Traditional: 趙政, Pinyin: Zhào Zhèng).
Sebelum menjadi kaisar, Yíng Zhèng adalah Raja Zheng dari Negara Qin (Hanzi: 秦王政, Pinyin: Qín Wáng Zhèng). Setelah berhasil menyatukan Tiongkok dengan mengalahkan negara-negara lain selama masa Negara-Negara Berperang, Yíng Zhèng tidak menggunakan gelar sebagai Raja (Hanzi: 王, Pinyin: Wáng) lagi, namun memberikan gelar bagi dirinya sendiri sebagai Kaisar (Hanzi: 皇帝, Pinyin: Huáng Dì).
Ayah Yíng Zhèng adalah Ying Yiren (Simplified: 嬴异人, Traditional: 嬴異人, Pinyin: Yíng Yìrén), yang dikemudian hari menjadi Raja Zhuangxiang dari Negara Qin (Simplified: 秦庄襄王, Traditional: 秦莊襄王, Pinyin: Qín Zhuāng Xiāng Wáng). Yíng Zhèng terlahir di Handan (Simplified: 邯郸, Traditional: 邯鄲, Pinyin: Hándān), ibukota Negara Zhao.
Pangeran Yiren adalah pangeran dari Negara Qin (Simplified: 秦国, Traditional: 秦國, Pinyin: Qín Guó) yang pada waktu itu tinggal di Negara Zhao, melayani sebagai sandera untuk menjamin gencatan senjata antara Negara Qin dan Zhao. Pangeran Yiren jatuh cinta pada pandangan pertama dengan selir Lü Buwei (Simplified: 吕不韦, Traditional: 呂不韋, Pinyin: Lǚ Bùwéi), seorang saudagar kaya dari Negara Wei (Simplified: 卫国, Traditional: 衞國, Pinyin: Wèi Guó). Lǚ Bùwéi setuju menyerahkan selirnya untuk menjadi istri Yiren, yang kemudian dikenal sebagai Nyonya Zhao, Zhao Ji (Simplified: 赵姬, Traditional: 趙姬, Pinyin: Zhào Jī).
Namun, terdapat pendapat yang mengatakan bahwa Yíng Zhèng adalah anak kandung dari Lǚ Bùwéi, bukan Yíng Yìrén. Dikabarkan bahwa saat diperkenalkan dengan Yíng Yìrén, Zhào Jī sudah mengandung. Pendapat bahwa Yíng Zhèng adalah anak haram, yang diyakini oleh sebagian orang, berkontribusi pada pandangan negatif terhadap Kaisar Qín Shǐ Huáng secara umum. Ada pandangan yang mengatakan bahwa pendapat ini sengaja ditambahkan untuk menjatuhkan pamor Kaisar Qín Shǐ Huáng, pertama sebagai anak haram dan kedua sebagai keturunan pedagang, dimana pedagang pada waktu itu dipandang rendah oleh kalangan terpelajar.
Hingga saat ini, kebenaran siapakah ayah kandung Yíng Zhèng terus menjadi bahan perdebatan.
Pada saat berada di Negara Zhao, Yíng Yìrén bukanlah pangeran favorit dan sangat tipis harapannya bisa meneruskan takhta. Namun berkat kerja keras Lǚ Bùwéi, Yíng Yìrén berhasil kembali ke Negara Qin, bahkan kemudian menjadi Putra Mahkota, yang akhirnya dikemudian hari meneruskan takhta sebagai Raja Qín Zhuāng Xiāng Wáng.
Ketika Raja Qín Zhuāng Xiāng Wáng meninggal setelah masa pemerintahannya yang singkat, Yíng Zhèng naik takhta sebagai Raja Qín Wáng Zhèng. Pada saat itu Yíng Zhèng masih berusia 13 tahun, sehingga Lǚ Bùwéi bertindak sebagai perdana menteri dan wali negara. Sembilan tahun kemudian Yíng Zhèng mengambil alih kekuasaan penuh setelah Lǚ Bùwéi diasingkan karena melakukan kesalahan fatal.
Dengan bantuan banyak orang berbakat, terutama Perdana Menteri Li Si (Hanzi: 李斯, Pinyin: Lǐ Sī), Raja Qín Wáng Zhèng berhasil menyatukan Dataran Tengah dan mendirikan Dinasti Qin, dengan gelar Kaisar Qín Shǐ Huáng.
Setelah menyatukan Tiongkok, Kaisar Qín Shǐ Huáng memulai berbagai reformasi untuk memperbaiki kondisi negara.
Reformasi Administrasi Pemerintahan
Untuk menghindari terulangnya kekacauan yang pernah terjadi selama masa Negara-Negara Berperang, Kaisar Qín Shǐ Huáng dan Perdana Menteri Lǐ Sī menerapkan sistem kendali terpusat. Bukan menggunakan sistem feodal dimana tanah dibagi-bagi kepada para bangsawan dan status bangsawan bisa diwariskan. Dibawah Kaisar Qín Shǐ Huáng terdapat “Tiga Adipati” dan “Sembilan Menteri” yang semuanya ditunjuk langsung oleh kaisar dan jabatan ini tidak diwariskan. Negara dibagi menjadi prefektur dan kabupaten sebagai unit administrasi lokal. Orang tidak lagi diidentifikasi berdasarkan wilayah asal mereka atau negara feodal sebelumnya, seperti ketika seseorang dari Negara Chu disebut Orang Chu (Hanzi: 楚人, Pinyin: Chǔ Rén). Penunjukan didasarkan kepada prestasi dan dihapuskan juga hak turun-temurun.
Reformasi Ekonomi
Kaisar Qín Shǐ Huáng dan Perdana Menteri Lǐ Sī melakukan reformasi ekonomi dengan menstandarkan satuan pengukuran seperti berat dan takaran, mata uang, dan panjang as roda gerobak untuk memfasilitasi transportasi di sistem jalan raya. Jaringan jalan dan kanal yang luas terus dibangun untuk menghubungkan provinsi-provinsi demi meningkatkan perdagangan di antara mereka.
Filosofi
Meskipun masa sebelumnya adalah masa penuh kekacauan dan peperangan, namun juga merupakan masa keemasan pemikiran bebas. Atas nasehat Perdana Menteri Lǐ Sī untuk mengurangi kekacauan di masyarakat dan memudahkan pengaturan negara, Kaisar Qín Shǐ Huáng menghilangkan Seratus Aliran Pemikiran yang mencakup Konfusianisme dan filosofi lainnya. Semua aliran pemikiran dilarang, hanya Legalisme menjadi ideologi yang didukung Dinasti Qin.
Pada tahun 210, Kaisar Qín Shǐ Huáng wafat di Shaqiu (Hanzi: 沙丘平台, Pinyin: Shāqiū Píngtái). Kaisar Qín Shǐ Huáng menginginkan agar putra sulungnya yang bernama Ying Fusu (Simplified: 嬴扶苏, Traditional: 嬴扶蘇, Pinyin: Yíng Fúsū) menggantikan dirinya. Tetapi kasim Zhao Gao (Simplified: 赵高, Traditional: 趙高, Pinyin: Zhào Gāo) bersekongkol dengan Perdana Menteri Lǐ Sī dan Ying Huhai (Simplified: 嬴胡亥, Traditional: 嬴胡亥, Pinyin: Yíng Húhài), putra bungsu Kaisar Qin Shi Huang.
Zhào Gāo, Lǐ Sī dan Yíng Húhài memalsukan surat wasiat yang memerintahkan Putra Mahkota Yíng Fúsū untuk bunuh diri dan kemudian menunjuk Yíng Húhài sebagai penerus takhta.