Kelemahan paling mencolok dari Dinasti Qin sebenarnya adalah kekuatan Dinasti Qin. Dinasti Qin berpusat pada Kaisar Qin Shi Huang (Hanzi: 秦始皇, Pinyin: Qín Shǐ Huáng) sebagai otoritas dan kepribadian yang membuat Tiongkok tetap bersatu. Kaisar Qín Shǐ Huáng berhasil selamat dari berbagai upaya pembunuhan, tetapi tetap tidak luput dari kematian.
Karena khawatir mengenai kematian, maka Kaisar Qín Shǐ Huáng menjadi terobsesi untuk menemukan cara untuk memperpanjang hidup, menghindari kematian, dan mencapai keabadian. Kaisar Qín Shǐ Huáng mempekerjakan banyak ahli dan alkemis untuk mendapatkan obat yang dapat memberikan hidup abadi. Pada akhirnya, keinginan untuk hidup abadi yang membunuhnya. Kaisar Qín Shǐ Huáng meninggal karena ramuan beracun dari obat yang diharapkan dapat memberi hidup abadi.
Pada 210, Kaisar Qín Shǐ Huáng meninggal dan kasim Zhao Gao (Simplified: 赵高, Traditional: 趙高, Pinyin: Zhào Gāo) bersekongkol dengan Li Si (Hanzi: 李斯, Pinyin: Lǐ Sī) serta Yíng Húhài (Simplified: 嬴胡亥, Traditional: 嬴胡亥, Pinyin: Yíng Húhài), putra bungsu Kaisar Qín Shǐ Huáng. Ying Huhai kemudian naik takhta sebagai Kaisar Qin Er Shi (Hanzi: 秦二世, Pinyin: Qín Èr Shì).
Kaisar Qín Èr Shì adalah seorang penguasa yang tidak cakap dan kejam. Dibawah pemerintahan Kaisar Qín Èr Shì, rakyat hidup sangat susah dan menderita, sehingga menyebabkan menurunnya Dinasti Qin dari waktu ke waktu. Atas hasutan Zhào Gāo, Kaisar Qín Èr Shì menghukum banyak keluarga kerajaan dan pejabat setia, sehingga pemerintahan berjalan tanpa dukungan orang-orang pintar dan berbakat.
Dibarengi dengan bencana banjir dan kekeringan, beberapa pemberontakan pecah. Negara bagian Han dan Chu, yang sebelumnya telah diduduki oleh Kaisar Qín Shǐ Huáng, menyatakan diri mereka merdeka dan berusaha untuk mengambil alih Dinasti Qin.
Awalnya, Kaisar Qín Èr Shì menyangkal fakta bahwa kekaisaran terlepas dari tangannya, dan Kaisar Qín Èr Shì berusaha menyalahkan Zhào Gāo serta mencoba menyingkirkannya dari posisinya, tetapi Zhào Gāo memiliki tentara yang setia pada dirinya, sehingga memaksa kaisar untuk bunuh diri. Ziying, kaisar baru berikutnya, akhirnya mengeksekusi Zhào Gāo, namun pada saat itu pemberontakan telah tumbuh terlalu kuat.
Para pemberontak menyerang dan mengalahkan Ziying, kemudian Ziying dibunuh. Dalam waktu singkat, ibukota Qin di Xianyang dan dinasti Qin dihancurkan.
Terlepas dari klaim Kaisar Qín Shǐ Huáng bahwa Dinasti Qin akan bertahan selama ribuan generasi, kenyataannya dinasti itu hanya bertahan selama lima belas tahun.
Tetapi periode lima belas tahun itu sangat penting dalam sejarah Tiongkok. Dalam lima belas tahun itu, terjadi penyatuan masyarakat Tionghoa yang memungkinkan orang Tionghoa menganggap diri mereka sebagai anggota satu negara. Ini juga menunjukkan bahwa satu dinasti dapat secara efisien memerintah seluruh Tiongkok.
Meskipun jatuhnya Dinasti Qin membawa negara ke dalam peperangan dan pertempuran, tidak lama kemudian orang lain belajar dari pelajaran ini, dan menyatukan Tiongkok di bawah dinasti yang lebih bertahan lama. Dinasti Han, yang segera menggantikan Dinasti Qin, akan memerintah selama lebih dari empat ratus tahun, dan mengantarkan zaman keemasan bagi Tiongkok.