Shio (生肖, Shēngxiào) adalah dua belas hewan yang mewakili tahun, bulan, dan jam tertentu dalam astrologi Tionghoa. Berbagai kebudayaan yang terpengaruh adat Tionghoa juga memiliki tradisi shio, meski sebagian hewan dalam shio memiliki perbedaan. Namun terdapat sebuah kesalahpahaman umum bahwa lambang hewan shio hanya ditetapkan berdasarkan tahun. Nyatanya, penetapan lambang hewan shio ini juga didasarkan atas bulan, hari, dan jam.
Leluhur bangsa Tionghoa sangat realistis dan bijaksana, nenek moyang Tionghoa telah menciptakan 12 Shio yang berpasangan dalam siklus 6 kali putaran, itu semua menunjukkan harapan nyata para leluhur terhadap semua anak cucu orang Tionghoa.
Bukan hanya harapan saja, melainkan juga ajaran nenek moyang kepada anak cucunya, supaya bisa mengingat dan mengerti semua makna 12 Shio dalam menapaki kehidupan sebagai orang Tionghoa.
Pasangan pertama: Tikus dan Sapi
Tikus melambangkan kecerdikan dan kebijaksanaan, sedangkan Sapi melambangkan ketekunan dan rajin bekerja. Kecerdasan dan kebijaksanaan harus bergabung dengan ketekunan dan semangat rajin bekerja secara erat. Kalau hanya cerdas tetapi pemalas, akan muncul sifat sebagai sok pandai dan omong doang saja. Sebaliknya kalau cuma rajin tanpai pakai otak maka mudah terjerumus sebagai sifat dungu yang mudah diperbudak oleh orang lain. Maka dari itu keduanya harus digabungkan secara erat, ini adalah kelompok pertama dan merupakan harapan terpenting leluhur kita terhadap generasi berikutnya.
Pasangan kedua: Harimau dan Kelinci
Harimau melambangkan keberanian, dan Kelinci melambangkan kehati-hatian. Keberanian harus digabung dengan sifat hati-hati, baru bisa tumbuh menjadi sifat bernyali besar dan cermat. Jika hanya berani dan mengandalkan kekuatan saja, maka akan menjadi sembrono dan ugal-ugalan. Sebaliknya terlalu hati-hati saja tanpa keberanian, maka akan jatuh kedalam sifat penakut. Pasangan ini juga sangat penting, maka dimasukkan sebagai pasangan yang kedua. Karena itu saat orang Tionghoa sedang menunjukkan rasa hati-hati dengan banyak perhitungannya, maka jangan menganggap mereka itu penakut dan tidak punya keberanian! Sebenarnya, nenek moyang kita selalu mengejar sebuah gabungan yang sempurna antara kecerdasan dan kebijaksanaan dalam kondisi keharmonisan, tidak pernah hanya memberikan tugas dan tuntutan tunggal saja.
Pasangan ketiga: Naga dan Ular
Naga melambangkan keras penuh kekuatan, dan Ular melambangkan lemah lembut. Sifat terlalu keras justru mudah patah, namun kalau hanya bisa lemah lembut, maka akan mudah kehilangan prinsip dan arah tujuannya, karena itu sifat keras dan lemah lembut harus saling mengisi, ini adalah nasehat nenek moyang kita sepanjang masa.
Pasangan keempat: Kuda dengan Kambing
Kuda melambangkan sifat yang maju terus langsung menuju sasaran atau tujuannya. Kambing melambangkan sifat damai dan kompromis. Kalau seseorang hanya maju terus pantang mundur ingin mencapai keinginannya tanpa memikirkan situasi disekitarnya, pasti akan bersinggungan dengan banyak pihak, akhirnya tetap belum tentu bisa mencapai tujuannya. Sebaliknya kalau selalu kompromi dan damai-damai aja tanpa prinsip, maka dia akan segera kehilangan arah tujuan dan cita-citanya. Karena itu sifat ingin maju terus pantang mundur harus dilengkapi dengan sifat yang bisa kompromi penuh kedamaian. Ini adalah nasehat nenek moyang kita yang keempat.
Pasangan kelima: Kera dan Ayam
Kera melambangkan sifat yang lincah dan cerdik, dan Ayam melambangkan sifat yang mantap dan stabil. Karena Ayam selalu mantap dan tepat waktu berkokok untuk memberitahu waktu pagi setiap hari. Kelincahan harus dikombinasikan dengan sifat mantap dan stabil. Jika orang hanya lincah tanpa aturan dan kemantapan, maka rencana sebagus apapun biasanya akan gagal gara-gara ulahnya sendiri. Tetapi kalau orang hanya ingin mantap dan tenang saja, akan seperti air mati sebuah telaga, seperti papan besi, maka juga tidak akan ada kehidupan yang semarak seperti sekarang ini. Itulah sebabnya hanya dengan adanya gabungan antara sifat lincah dan sifat yang mantap teratur, masyarakat baru bisa hidup tenang stabil penuh keteraturan dan harmonis, selain itu juga bisa selalu berubah dengan penuh kelincahan untuk bisa lebih maju dan maju, inilah inti maksud nasehat nenek moyang kita.
Pasangan keenam: Anjing dan Babi
Anjing melambangkan sifat kesetiaan, sedangkan Babi melambangkan keakraban yang fleksibel mengikuti arus. Orang jika hanya setia buta tanpa rasa keakraban yang fleksibel dengan orang lain, maka mudah terjerumus menjadi fanatik yang menolak dan memusuhi orang lain yang tidak sepaham. Sebaliknya kalau terlalu gaul tanpa kesetiaan, maka orang ini akan mudah kehilangan prinsip pegangan hidup. Karena itu kesetiaan terhadap negara, bangsa, ataupun kesetiaan terhadap cita-cita pribadi, harus bisa digabungkan dengan sifat yang gaul mudah menerima perbedaan orang lain, hanya dengan demikian baru bisa benar-benar berhasil mempertahankan kesetiaan yang hakiki dalam sanubari kita yang terdalam. Inilah prinsip bangsa Tionghoa mempertahankan sifat “Persegi Didalam dan Bulat Keluar”, manusia itu sejatinya berbeda tetapi tetap bisa hidup damai dan rukun.
Setiap orang selalu memiliki Shio masing-masing ada yang Shio Harimau, ada yang Shio Naga, dsb, lalu apa arti semua itu?
Nenek moyang kita mengharapkan kita untuk bisa hidup rukun saling melengkapi dan bersatu, tidak boleh egois dan fanatik memusuhi orang lain, mengharapkan kita bisa mengerti sifat diri kita untuk selanjutnya berubah menjadi sifat yang lebih sempurna dengan belajar dari sifat-sifat orang lain dari sisi baiknya, untuk bisa menghadapi semua masalah hidup.