Ma Mingde (Simplified: 马明德, Traditional: 馬明德, Pinyin: Mǎ Míng Dé) adalah permaisuri Kaisar Ming dari Dinasti Han (Simplified: 汉明帝, Traditional: 漢明帝, Pinyin: Hàn Míng Dì). Ma Mingde menjalani kehidupan yang sederhana, bahkan setelah menjadi permaisuri. Dia tidak suka memakai pakaian yang indah dan mahal-mahal. Meskipun pandai, Permaisuri Ma tidak suka mencampuri urusan negara. Setelah kematian Kaisar Ming, kaisar yang baru, Kaisar Zhang (Simplified: 汉章帝, Traditional: 漢章帝, Pinyin: Hàn Zhāng Dì) menghormatinya sebagai Ibu Suri.
Ma Mingde adalah putri ketiga dari jenderal terkenal Ma Yuan (Simplified: 马援, Traditional: 馬援, Pinyin: Mǎ Yuán) yang berjasa dalam mengalahkan pemberontakan Trung di bagian selatan, dengan istrinya yang bernama Nyonya Lin (Simplified: 蔺夫人, Traditional: 藺夫人, Pinyin: Lìn Fū Rén). Ma Yuan adalah seorang bangsawan dengan gelar Hou (侯, Pinyin: Hóu), Marquess, dan Nyonya Lin juga berasal dari keluarga bangsawan. Sebagai anggota keluarga bangsawan, Ma Mingde dilahirkan dalam kenyamanan dan kekayaan.
Namun segalanya berubah pada tahun 49, pada saat Jenderal Ma Yuan melakukan ekspedisi melawan Suku Wulin, Ma Yuan meninggal karena wabah, yang juga membunuh sejumlah besar tentaranya. Setelah kematiannya, wakil Ma Yuan yang bernama Geng Shu (耿舒), yang tidak setuju dengan strategi Ma Yuan, dan menantu Kaisar Guangwu, Liang Song (梁松), yang sebelumnya memiliki dendam terhadap Ma Yuan, menuduh Ma Yuan melakukan banyak kejahatan. Kaisar Guangwu (光武帝) mempercayai tuduhan palsu tersebut dan secara anumerta melucuti Ma Yuan dari gelar Hou (侯) dan mengambil wilayah kekuasaannya, sehingga merampas sumber pendapatan utama keluarga Ma.
Keluarga bangsawan lainnya kemudian mulai memandang rendah keluarga Ma. Ma Mingde sebelumnya telah bertunangan dengan seorang putra dari keluarga bangsawan lain, Dou. Namun keluarga Dou mulai berpikir ulang tentang pernikahan itu, percaya bahwa Ma Mingde tidak lagi layak untuk menikahi putra mereka. Sepupu Ma Mingde, Ma Yan (Simplified: 马严, Traditional: 馬嚴, Pinyin: Mǎ Yán), dan Nyonya Lin marah dengan sikap keluarga Dou, dan memutuskan untuk membubarkan pertunangan.
Ma Mingde kemudian menikah dengan Putra Mahkota Liu Zhuang (Simplified: 刘庄, Traditional: 劉莊, Pinyin: Liú Zhuāng). Ma Mingde memperlakukan semua orang di sekitarnya dengan sangat hormat dan sopan, secara bertahap menjadi dicintai oleh semua orang.
Setelah Putra Mahkota Liu Zhuang menjadi Kaisar Ming, dia ingin memilih permaisuri dan meminta nasehat dari ibunya, Ibu Suri Yin Lihua (阴丽华). Ibu Suri Yin menjawab, “Diantara semua istrimu, Ma Mingde adalah yang paling berbudi luhur, dia harus menjadi pilihanmu”. Dan dengan demikian Ma Mingde menjadi permaisuri.
Permaisuri Ma seorang yang sederhana, hemat, dan tidak mengejar kesenangan. Ma Mingde baik kepada semua orang. Selain acara-acara resmi kenegaraan, Ma Mingde tidak memakai pakaian sutra yang mahal melainkan hanya katun polos. Istri kaisar lainnya menghormati dan mengaguminya. Meskipun pandai, Permaisuri Ma tidak suka ikut mencampuri urusan negara, hanya saja terkadang ada ketidakadilan yang bisa menyebabkan banyak nyawa melayang, nati nurani Permaisuri Ma terpanggil untuk memberikan keadilan. Hanya dengan beberapa kata dan pandangan dari Permaisuri Ma, banyak kasus ketidakadilan terpecahkan.
Kaisar Ming menjadi sadar bahwa bahwa permaisurinya memiliki pemahaman politik yang unik dan berwawasan luas. Permaisuri Ma memiliki kemampuan untuk mempertimbangkan banyak hal dengan cara yang berbeda. Kaisar Ming mulai meminta nasihat pada Permaisuri Ma, dan Permaisuri Ma datang dengan analisis mendalam dan solusi konstruktif, yang secara langsung berkontribusi pada perbaikan dalam urusan negara. Meskipun menerima pengakuan dari kaisar, Permaisuri Ma tidak pernah sekalipun mencoba untuk mempromosikan anggota keluarganya sendiri.
Permaisuri Ma tidak melahirkan seorang anakpun. Salah satu selir kaisar, Selir Jia (賈貴人), memiliki putra yang bernama Liu Da (Simplified: 刘炟, Traditional: 劉炟, Pinyin: Liú Dá). Permaisuri Ma merawat Liu Da dengan sepenuh hati. Dan rela melelahkan diri untuk memberikan kasih sayang kepada Liu Da. Perhatian dan kasih sayang yang diberikan Permaisuri Ma kepada Liu Da bahkan melampaui apa yang istri-istri kerajaan lainnya berikan kepada anak kandung mereka sendiri. Sehingga sangat wajar apabila Permaisuri Ma dan Liu Da memiliki hubungan yang sangat erat.
Pada saat Kaisar Ming meninggal dunia, Putra Mahkota Liu Da naik takhta sebagai Kaisar Zhang (Simplified: 汉章帝, Traditional: 漢章帝, Pinyin: Hàn Zhāng Dì). Kaisar Zhang mengangkat Permaisuri Ma sebagai Ibu Suri. Meskipun Kaisar Zhang mengetahui bahwa Ibu Suri Ma bukan ibu kandungnya, tetapi Kaisar Zhang juga tahu betapa besar cinta yang telah berikan kepadanya selama bertahun-tahun dan memperlakukannya sebagai ibunya sendiri.
Ibu Suri Ma juga mendirikan pabrik tekstil dan kebun murbei untuk ulat sutera, yang menjadi industri yang cukup produktif bagi rumah tangga kekaisaran. Di waktu senggangnya, Ibu Suri Ma sering mendiskusikan masalah penting negara dengan Kaisar Zhang dan mengajari putranya klasik Konfusianisme, khususnya Analek Konfusius.
Ibu Suri Ma tetap rendah hati dan baik. Suatu saat Kaisar Zhang, yang dekat dengan pamannya, saudara Ibu Suri Ma, Ma Liao (Simplified: 马廖, Traditional: 馬廖, Pinyin: Mǎ Liào), Ma Fang (Simplified: 马防, Traditional: 馬防, Pinyin: Mǎ Fáng), dan Ma Guang (Simplified: 马光, Traditional: 馬光, Pinyin: Mǎ Guāng), ingin mempromosikan mereka dengan cepat, tetapi Ibu Suri Ma menolaknya dengan halus, “Keluarga Ma tidak memberikan kontribusi apa pun kepada negara. Saat ini, terjadi kekeringan besar dan rakyat kita sedang menderita. Jika Anda harus menghormati mereka, tunggu sampai cuacanya bagus dan perbatasan kita tenang.”
Beberapa tahun kemudian, negara menikmati cuaca yang bagus dan panen yang luar biasa. Perbatasan menjadi tenang. Kaisar Zhang kemudian menganugerahkan tiga saudara Ibu Suri Ma dengan gelar Hou (侯, Pinyin: Hóu), Marquis.
Mengetahui hal ini, wanita bijak itu kembali berusaha menepis perilaku serakah dengan memperingatkan saudara-saudaranya untuk tidak memberikan pengaruh yang tidak diinginkan di istana. Setelah mereka menerima gelar Hou, mereka mengundurkan diri dari jabatan resmi mereka dan berhenti berpartisipasi dalam urusan politik negara.
Ibu Suri Ma lebih lanjut memerintahkan pemerintah daerah untuk tidak menerima permintaan yang tidak pantas dari keluarga Ma. Jika ada anggota Ma atau keluarga dekat lainnya yang berfoya-foya, Ibu Suri Ma akan menghapus nama mereka dari daftar bangsawan dan mengasingkan mereka.
Dalam sejarah, banyak kaisar yang meninggal muda, dan meninggalkan anak laki-laki untuk mewarisi takhta. Sebagian besar Ibu Suri yang masih muda mengandalkan keluarga mereka sendiri untuk menjalankan negara, yang mengakibatkan banyak tragedi. Ibu Suri Ma adalah pengecualian. Dia belajar dari sejarah dan melarang keluarganya memegang terlalu banyak kekuasaan. Dia menjalani hidup dengan cara yang sederhana, rendah hati, dan hemat. Dia adalah orang yang sangat terpelajar dan memiliki pikiran yang tajam. Dia meninggal pada tahun 79 M di usia 41 tahun.