Jenderal Yue Fei, Sosok Ksatria Yang Lembut dan Penuh Belas Kasih

Spread the love

Jenderal Yue Fei, Sosok Ksatria Yang Lembut dan Penuh Belas Kasih

Jenderal Yue Fei

Yue Fei (Traditional: 岳飛, Simplified: 岳飞) adalah salah satu jenderal yang paling terkenal dalam sejarah Tiongkok. Seorang jenderal termashyur dari Dinasti Song yang disanjung sebagai pahlawan nasional sepanjang sejarah Tiongkok. Lahir di Tang Yin, Xiang Zhou (Sekarang Provinsi Henan, Tiongkok). Lahir pada masa akhir Dinasti Song Utara, Yue Fei dikenal tidak hanya untuk keberhasilan militernya, tetapi juga untuk standar etikanya yang tinggi. Melalui biografi kuno diceritakan kisahnya dan sebuah kuil yang didedikasikan untuk mengingatnya. Dalam sejarah Tiongkok, Yue Fei adalah simbol loyalitas yang abadi.

Ketika Yue Fei baru berumur tiga hari, banjir datang menyapu. Yue He (岳和), ayah Yue Fei, menyelamatkan istri dan anaknya dengan menaruh mereka di dalam tempayan besar. Sementara tempayan itu terapung, Yue He berpegangan pada pinggir tempayan dengan kedua tangannya sambil mendorong tempayan tersebut.

Kehabisan tenaga dan tidak ingin menyusahkan istri dan anaknya membuat Yue He melepaskan diri dari tepi tempayan sehingga langsung lenyap ditelan banjir. Tempayan tersebut hanyut hingga ke desa Qilin, Kabupaten Huang, Provinsi Hebei.

Yue Fei kecil dan ibunya selamat, dan ditampung oleh Wang Ming (王明). Pada saat Wang Ming jatuh miskin, ibu Yue Fei pindah ke sebuah gubuk sederhana. Untuk hidup, nyonya Yue, ibu Yue Fei, menenun. Yue Fei membantu dengan mengumpulkan kayu bakar dan rumput.

Patung Yue Fei di Kuil Yue Fei Hangzhou

Patung Yue Fei di Kuil Yue Fei Hangzhou

Sepulang dari bekerja, Yue Fei selalu belajar dengan tekun. Melihat hal itu ibu Yue Fei sangat sedih dan merasakan bahwa apa yang dipelajari Yue Fei tidaklah cukup, sehingga ia memberi uang kepada Yue Fei untuk membeli kertas dan pit. Nyonya Yue ingin memberikan pendidikan yang layak kepada anak satu-satunya.

Mengetahui kesusahan hidup yang dialami sang ibu, Yue Fei tidak membeli kertas dan pit, melainkan ia membawa pulang satu keranjang pasir dan beberapa ranting pohon. Yue Fei lalu menebarkan pasir itu di atas meja dan meratakannya untuk dipakai sebagai “kertas”. Dengan ranting pohon, Yue Fei dengan bantuan ibunya mulai belajar menulis.

Zhou Dong (周同- Zhōu Tóng), seorang pensiunan jenderal dan ahli sastra tertarik akan ketekunan dan bakat Yu Fei, sehingga Yue Fei kemudian diangkat menjadi anak angkat. Zhou Dong memberikan semua pengetahuan yang dimilikinya kepada Yue Fei.

Dalam masa remaja, Yue Fei diceritakan memiliki kekuatan besar. Yue Fei dapat menarik 300 kati anak panah (Dalam Kamus bahasa Indonesia, Kati = ukuran berat yg berbobot 61/4 ons) dengan busur yang seberat 8 batu. Yue Fei belajar memanah dari Zhou Dong. Yue Fei mampu memanah dengan baik menggunakan tangan kanan maupun kirinya. Zhou Dong juga mengajarkan seni beladiri kungfu, berkuda, serta kemampuan tenaga Qigong.

Yue Fei Belajar Memanah

Yue Fei kemudian diminta bergabung dengan tentara, tetapi Yue Fei menghadapi dilema, yaitu tidak ada orang yang akan merawat ibunya yang sudah tua jika ia berada di medan pertempuran. Ketika ibunya mengetahui kebingungan sang anak, ia mengatakan bahwa kepentingan negara harus didahulukan. Dia kemudian merajah punggung Yue Fei dengan kalimat, Jing Zhong Bao Guo (Traditional: 盡忠報國, Simplified: 尽忠报国, yang memiliki arti “Melayani Negara dengan Penuh Kesetiaan”, untuk menasihatinya berjuang demi negara.

Ibu Yue Fei Merajah Punggung Yue Fei

Gunung Bapan merupakan tempat pertama dimana Yue Fei bertempur melawan bangsa Jin. Dengan kekuatan tentara Jin yang jauh lebih besar, Yue Fei mendapatkan kemenangan gemilang.

Dengan kepandaian ilmu strategi, Yue Fei berhasil menghancurkan 100.000 tentara Jin di Gunung Naga Hijau hanya dengan pasukan yang berjumlah lebih kurang 1.000 prajurit.

Selain keberaniannya dan keterampilan militer, Yue Fei terkenal karena melindungi warga sipil dan merawat prajuritnya dari medan perang. Dia ketat dengan tentara dan melarang mereka dari mengambil keuntungan dari rakyat di kota-kota yang mereka lewati.

Peta Perang Song & Jin Dalam Ekspedisi Yue Fei

Gunung Aihua menjadi saksi bisu kemenangan Yue Fei berikutnya setelah berhasil mengalahkan tentara Jin yang datang kembali dengan tujuan menguasai Dinasti Song. Pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di berbagai daerah berhasil dipadamkan Yue Fei, tetapi setelah pemberontakan itu tergencet, Kaisar Song Selatan memerintahkan Yue Fei untuk mengeksekusi semua orang di kota. Yue Fei tidak sepakat, memohon berulang kali untuk membiarkan warga biasa tetap hidup. Yue Fei akhirnya meyakinkan Kaisar hanya mengeksekusi mereka yang telah menghasut pemberontakan. Warga kota berterima kasih pada Yue Fei dan Kaisar yang disajikan dengan spanduk bertuliskan, “Loyalitas Tertinggi Yue Fei,” merayakan pengabdian Yue Fei kepada kesejahteraan rakyat serta takhta. Dengan hasil demikian rakyat turut bergabung dengan Yue Fei untuk bahu membahu melawan Bangsa Jin.

Kemenangan demi kemenangan diraih Yue Fei sehingga namanya menggetarkan Bangsa Jin. Yue Fei juga berhasil menyelamatkan Kaisar yang terkepung di Gunung Kepala Kerbau setelah ibukota jatuh ke tangan tentara Jin. Saat kedudukan militernya kuat, Yue Fei berniat menghancurkan Bangsa Jin hingga ke akar. Namun sayang rencana tersebut tidak pernah terwujud. Komplotan pengkhianat mengatur siasat. Kemenangan-kemenangan yang diraih Yue Fei lenyap. Keadaan gemilang yang ada menjadi debu yang ditiup angin.

Prestasi Yue Fei tersebut menimbulkan kecemburuan pada beberapa pejabat yang dekat dengan kaisar, dikepalai oleh Perdana Menteri Qin Hui (秦檜). Mereka membujuk Kaisar bahwa jauh dari ibukota, Yue Fei akan menjadi terlalu kuat dan berbahaya. Jadi Yue Fei dipaksa kembali ke istana, meninggalkan daerah yang telah diamankan untuk kembali ditaklukkan oleh tentara musuh.

Kaisar Gao Zhong menurunkan 12 kali titah tertinggi memerintahkan “Prajurit Yue” yang menang terus agar segera menarik mundur pasukan dan kembali ke istana, rakyat jelata berlutut di pinggir jalan menangis sedih. Di sisi lain, prajurit Jin merasa sangat gembira.

Yue Fei kemudian dibunuh atas tuduhan mengkhianati kerajaan yang direkayasa oleh Qin Hui (秦檜), Lady Wang (王氏), Zhang Jun (張俊) dan Moqi Xie (万俟卨).

Sebelum Yue Fei terbunuh di atas surat pengakuan tertulis delapan kata: “Langit terang benderang, Langit terang benderang, Menghadapi kematian tetap tidak menyerah”.

Yue Yun, anak Yue Fei, dan Jenderal Zhang Xian juga turut dibunuh.

Sajak Yue Fei melawan musuh cinta negeri “Man Jiang Hong” penuh semangat yang berapi-api, membuat ciut nyali prajurit Jin yang mendengarnya.

Setelah Yue Fei terbunuh, petugas penjara Wei Shun (隗順) dengan menempuh risiko, memikul jenazah Yue Fei, melewati tembok kota, dan dengan tergesa-gesa menguburnya di samping Kelenteng Jiu Qu Chong (九曲叢祠).

Dua puluh satu tahun kemudian, Kaisar Xiaozong (宋孝宗) memerintahkan merehabilitasi nama baik Yue Fei, dan dengan harga tinggi menawarkan hadiah sebesar 500 untai uang bagi yang menemukan jenazah Yue Fei, mengadakan upacara yang khidmat memindahkan makamnya di bawah gunung Qi Xia, yaitu makam Yue Fei sekarang ini. Tahun 4 Jia Tai (tahun 1204) yaitu setelah Yue Fei meninggal, kerajaan menganugerahinya sebagai Raja E (鄂王).

Pusara Yue Fei disebut juga makam Yue, letaknya di kaki pegunungan selatan pegunungan Qi Xia, Hangzhou, didirikan pada masa Dinasti Song Selatan tahun 14 Jia Ding (tahun 1221), semasa Dinasti Ming diubah menjadi “Kuil Pahlawan Setia”, setelah mengalami masa Dinasti Yuan, Ming, Qing, dan masa Republik, pasang surut kuil, diwariskan turun-temurun dan bertahan hingga sekarang.

Gerbang Kuil Yue Fei Hangzhou

Gerbang Kuil Yue Fei Hangzhou

Bangunan sekarang ini adalah dibangun kembali pada tahun 54 Kangxi Dinasti Qing (1715 M), tahun 1918 pernah direnovasi besar-besaran, dan pada tahun 1979 diperbaharui total, sehingga Kuil Yue bertambah megah. Kuil Yue adalah tempat peringatan pahlawan bangsa Yue Fei sepanjang masa.

Pintu utama Kuil Yue adalah sebuah bangunan atap dobel 2 lapisan, tinggi dan megah, di tengah-tengah tergantung papan tegak yang tertulis kalimat “Kuil Raja Yue”, dan di tengah balairung utama “Kuil Pahlawan Setia” tergantung sebuah papan mendatar dengan tulisan “Xin Zhao Tian Re” (ahli menerangi langit), yang ditulis oleh negarawan senior China komunis Ye Jian Ying.

Di tengah balairung adalah patung berwarna Yue Fei yang berukuran 4,5 meter, mengenakan jubah piton warna lembayung, lengannya memperlihatkan lapisan emas, menunjukkan semangat kepahlawanan sang jenderal besar.

Tembok atas kedua sisi balairung tertulis empat huruf besar “Jing Zhong Bao Guo” (setia berbakti pada tanah air) yang ditulis oleh Hongzhu, seorang warga Pu Tian pada masa Dinasti Ming. Di atas patung tergantung sebuah papan mendatar yang bertuliskan “Huan Wo He Shan” (kembalikan tanah airku), merupakan tulisan tangan Yue Fei sendiri, kedua sisi kiri kanan masing-masing tergantung sebuah papan horizontal yang bertuliskan “Bi Xie Dan Xin” (darah keadilan dan hati yang setia) dan “Hao Qi Chang Cun” (semangat luhur yang kekal abadi), kedua sisi belakang balairung adalah tempat ibu Yue menato huruf dan lain-lain lukisan dinding raksasa, memperlihatkan prestasi kepahlawanan Yue Fei melindungi ibu pertiwi.

Di atas langit-langit balairung terdapat lukisan ratusan bangau putih, bentuk 373 ekor bangau masing-masing berbeda, lukisan yang tampak hidup, boleh dikatakan melambangkan semangat Yue Fei yang luhur dan karakter yang setia.

Di depan makam di atas sepasang pilar terukir kalimat: “Kebaikan maupun kejahatan sejak dahulu bagaikan es dan arang, fitnahan atau pujian diputuskan kebenaran atau kepalsuannya saat ini.”

Di kedua sisi belakang pusara terdapat 4 buah cetakan patung manusia dari besi, kedua lengan bersilang di belakang punggung, bertekuk lutut menghadap makam, mereka adalah Qin Hui (秦檜), Lady Wang (王氏), Zhang Jun (張俊) dan Moqi Xie (万俟卨), empat orang yang mencelakai Yue Fei. Diludahi dan dicaci maki orang, meninggalkan nama busuk.

Makam & Kuil Yue Fei di Hangzhou

Makam dan kuil memorial untuk Jenderal Yue Fei hingga kini masih menjadi salah satu atraksi turisme di Hangzhou. Kedua bangunan ini terletak di bagian selatan Kaki Bukit Qixia. Bangunan kuil dan makam yang ada sekarang merupakan bangunan yang kebanyakan dibangun pada masa Dinasti Qing. Kompleks makam dan kuil ini terdiri dari taman makam, kuil memorial dan kuil kesetiaan. Di sudut barat kompleks ini terdapat taman makam yang menghadap ke timur. Dua buah kuil dibangun masing-masing di bagian selatan dengan arah menghadap ke selatan.

Makam & Kuil Yue Fei di Hangzhou

Makam & Kuil Yue Fei di Hangzhou

Makam & Kuil Yue Fei di Hangzhou

Makam & Kuil Yue Fei di Hangzhou

Makam Yue Fei dan Yue Yun

Makam Yue Fei dan Yue Yun

Makam Yue Fei dan Yue Yun

Makam Yue Fei dan Yue Yun

Makam Yue Fei dan Yue Yun

Makam Yue Fei dan Yue Yun

Gerbang Kuil Memorial Yue Fei menghadap ke arah Danau Yue, salah satu bagian dari lima Danau Xihu (Danau Barat). Di antara makam, kuil dan Danau Yue berdiri sebuah ‘hifang’ atau pintu gerbang bertuliskan ‘Kesetiaan Tanpa Batas’. Lebih dari 800 tahun setelah Kaisar Xiaozong dari Dinasti Song Selatan mengeluarkan perintah kerajaan untuk memakamkan kembali Yue Fei secara terhormat, Yue Fei masih terus dikenang orang.

Peta Danau Barat, Lokasi Makam Yue Fei

Peta Danau Barat, Lokasi Makam Yue Fei

 

Tato kesetiaan

Ibu Yue Fei Merajah Punggung Yue Fei

Salah satu kisah heroik otentik Yue Fei adalah saat punggung Jenderal Yue Fei dirajah oleh Ibu kandungnya yang terdiri dari 4 (empat) karakter: Jing Zhong Bao Guo (Traditional: 盡忠報國, Simplified: 尽忠报国, yang memiliki arti “Melayani Negara dengan Penuh Kesetiaan”.

Tradisi meludah di makam Yue Fei

Di sebelah kanan Kuil Memorial terdapat Makam Yue Fei. Di sini terdapat 4 patung besi masing-masing Qin Hui (秦檜) dan istrinya Lady Wang (秦王氏), Moqi Xie (万俟軼), dan Zhang Jun (張俊) yang sedang berlutut di depan makam. Di masa silam terdapat tradisi memaki dan meludahi keempat patung ini yang dilakukan oleh pengunjung yang berziarah ke makam Yue Fei. Pengunjung bahkan boleh melepas sepatu dan melemparkannya ke dua patung tersebut.

Patung Qin Hui (秦檜) dan istrinya Lady Wang (秦王氏)

Patung Qin Hui (秦檜) dan istrinya Lady Wang (秦王氏)

Patung Moqi Xie (万俟軼) dan Zhang Jun (張俊)

Patung Moqi Xie (万俟軼) dan Zhang Jun (張俊)

Kini terdapat tanda “jangan meludah” di sisi setiap patung. Sebagai gantinya para pengunjung melakukan “tradisi” lain untuk mengungkapkan kekesalan kepada empat penghianat itu yakni dengan cara menampar bagian belakang kepala patung tersebut. Setiap tahun tak terhitung peziarah yang datang ke tempat ini untuk mengenang kepatriotan Yue Fei.


Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

one + 5 =